Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cosplay di Indonesia

Cosplay alias costume play
- Oleh Lies Nanci

Belakangan, di berbagai kota besar Indonesia kita sering melihat sekelompok anak muda mengenakan kostum aneh-aneh. Dengan dandanan bak robot atau karakter kartun Jepang, mereka menebar senyum dan bergaya sesuai karakter pakaian yang dikenakannya.

Barangkali tidak banyak orang yang tahu, itulah costume play, atau lebih beken dikenal dengan cosplay. Budaya cosplay berasal dari negeri sakura, di mana para pecinta anime (film kartun Jepang) dan manga (komik Jepang) berdandan layaknya karakter tokusatsu (superhero Jepang), video games, film-film fantasi, atau band J-Pop (Japanese Pop).

Di Indonesia sendiri, cosplay mulai diselenggarakan sejak tahun 2004 silam. Setahu saya, Megindo adalah perusahaan yang mempeloporinya. Saat itu, mengadopsi cosplay ke Indonesia masih sangat sulit. Banyak orang yang belum ngeh dengan heboh-heboh fantastis ini. Bahkan banyak yang memandang sebelah mata dan mungkin membatin, “Kasihan ya, mereka tidak punya identitas di dunia nyata.”

Karena itu pihak sponsor, termasuk mal maupun hotel tempat diadakannya cosplay, kurang bersemangat bila disodori proposal kegiatan cosplay.

Baru setelah melalui negosiasi yang panjang dan melelahkan, hajatan cosplay yang pertama bisa terlaksana melalui “Animonster Sound” yang diadakan di Mall Ciputra. Acara berlangsung sukses, menyedot ratusan peminat. Sampai-sampai diliput oleh wartawan Jepang. Dimuat juga di berbagai media massa, salah satunya surat kabar berbahasa Jepang, Jakarta Shinbun.

Salah satu orang di balik kesuksesan itu adalah Lily. Dialah Pemimpin Redaksi Majalah Animonster. Sebelumnya, Lily mengasuh rubrik untuk para cosplayer Indonesia. Rubrik ini memuat sejarah cosplayer di Jepang dan dunia. Tujuannya untuk merangsang para cosplayer Indonesia agar mau turun gunung untuk berpartisipasi ketika ada hajatan cosplay.

Wanita 34 tahun ini benar-benar berharap cosplayer di Indonesia bisa mengikuti ajang Cosplay Summit sedunia, demi membuktikan cosplayer Indonesia memiliki bakat dan kreativitas yang keren-keren. Tujuan berikutnya, agar masyarakat di Indonesia tidak lagi memandang rendah cosplayer.

Tanggapan orang-orang terhadap cosplay memang masih sumir. Sebagaimana penuturan Lily kepada kami, selain menelan dana yang tak pernah kecil (minimal 50 juta rupiah) dan persiapan matang, panitia cosplay harus siap mengantisipasi hal-hal tak terduga.

Cosplay mulai marak di Indonesia
Cosplay mulai marak di Indonesia

“Belajar dari pengalaman, acara cosplay yang diselenggarakan di mal cukup merepotkan pihak panitia. Dulu, cosplayer yang berkeliaran di sekitar mal membuat gusar pihak security. Pengunjung mal yang ingin berfoto bareng dengan para cosplayer pun bikin pengunjung yang lain kurang nyaman berbelanja di sana. Hal-hal semacam itu yang harus diantisipasi,” menurut Lily.

Tapi semua itu tidak mengurangi antusiasme dan militansi komunitas-komunitas penyuka cosplay untuk terus berkarya. Hingga kini, masyarakat mulai terbiasa melihat pemandangan berwarna-warni semacam ini.

Post a Comment for "Cosplay di Indonesia"